Jadi Freelancer Saat Kuliah, Kenapa Gak?

Gak kerasa, udah mau empat tahun aja gue menjalani profesi sebagai seorang freelancer sambil kuliah. Jadi inget, dulu Ayah menentang banget gue keluar dari tempat kerja yang lama karena lebih memilih kuliah full-time. Gue pun awalnya agak ragu ketika harus kuliah dan cukup bekerja freelance dengan penghasilan cuma sebesar Rp. 2 juta per bulan. Waktu itu gue harus membayar kostan berdua sama seorang sahabat Rp. 350.000, terus belum lagi bayar cicilan uang SPP kuliah Rp. 500.000 per bulan, makan Rp. 600.000 per bulan, belum transport pulang pergi ke kampus, wah pas pasan banget deh.

Awalnya berat banget, ditambah kuliah semester 1 dan 2 itu buat gue salah satu masa di mana gue harus memperoleh IP tinggi tiap semester, jadi ke depannya gue gak terlalu susah mempertahankan IPK gue. Ya, karena gue kuliah biaya sendiri, tau susahnya cari duit sendiri buat kuliah, tentu gue punya dan harus punya strategi buat bikin semua hal berjalan lancar dari sisi kehidupan akademis gue.

Oh ya, balik lagi deh. Gue itu sebenernya awalnya bekerja sebagai salah satu staf di perusahaan otomotif di daerah Cikarang. Kemudian karena passion gue untuk belajar masih terus nyala nih dalam diri. Dengan berani gue mengambil keputusan untuk kuliah reguler dengan jurusan yang gue ambil pun sudah gue pikirkan, pertimbangkan dan riset dengan matang. Tentu aja gue harus keluar dari kerjaan gue, karena kampus gue di IISIP Jakarta, Lenteng Agung, sedangkan kantor gue di Cikarang. Kebayang kan kalo harus PP dan menyesuaikan jadwal kerja sama kuliah reguler? Makanya gue mengorbankan kerjaan gue demi kuliah. Waktu itu iklim kerja dan organisasinya juga gak membuat gue nyaman sih, jadi gue rasa itu adalah hal yang tepat.

Kemudian gue ketemu sama salah seorang teman yang menawarkan posisi sebagai freelance social media specialist, di agensi tempat dia bekerja. Gue gak tau apa-apa soal social media specialist dan menjalankan serta me-manage akun sebuah brand.  Saat itu brand yang gue pegang adalah salah satu convenient store yang hits pada masanya dan digemari anak muda Jakarta. Agak takut sih sebenernya karena ini adalah hal baru buat gue, tapi saat itu temen gue justru yakin gue punya potensi. Karena dia lah gue gak mau bikin dia kecewa dan mau menantang diri gue untuk mencoba hal baru.

Seiring berjalannya waktu, gue pun beberapa kali mendapat tawaran pekerjaan sebagai social media specialist freelance. Mulai dari akun salah satu Bank BUMN, institusi pendidikan swasta, beberapa project event, event organizer, hingga sebuah yayasan bagi pasien anak dengan kanker seperti sekarang, bahkan gue sempat pegang beberapa project event secara pro bono untuk menambah pengalaman, jaringan dan juga portfolio di halaman Linkedin gue, hahahah!

Sebenernya jadi seorang freelancer sambil kuliah itu susah-susah gampang sih. Kalo yang gue pelajari sih, mungkin bisa gue bagi dalam beberapa poin ya.

  1. Mulailah mengenal potensi diri yang lo punya, cari tahu apa yang lo bisa dan lo suka. Nah, dari situ nanti lo pasti bakal tau apa yang lo harus cari, kerjaan yang kaya gimana sih, atau nyari kemana? Dari situ sih biasanya. Gue dari dulu emang suka sama dunia digital dan social media sih, jadi ya gue seneng-seneng aja menjalani pekerjaan gue sebagai freelancer sambil kuliah.
  2. Time management itu penting banget. Segudang tugas kuliah ditambah waktu ngurusin kerjaan, belum lagi kalau harus meeting sama client atau harus datang ke sebuah acara. Itu semua butuh manajemen waktu yang baik sih, ditambah strategi dalam mengatur waktu. Pinter-pinter lah ngatur prioritas. Ini gak mudah sih, butuh latihan, bahkan gue sendiri sampe sekarang masih butuh latihan.
  3. Kalau baru awal-awal, gak punya kenalan, coba deh bangun jaringan lewat kegiatan volunteer, dari sana bisa mengenal banyak orang, menunjukan integritas lo dalam bekerja meski dalam scope yang kecil, serta ya belajar juga kerja sama banyak orang. Bisa kok cari-cari info volunteer di akun-akun yang sering share kesempatan volunteer atau kegiatan mahasiswa gitu, contohnya @KampusUpdate (Gue juga pernah beberapa bulan freelance di Kampus Update, kala itu sebagai Account Executive, menarik banget!).
  4. Jangan belagu soal gaji, ukur diri jangan terlalu tinggi, jangan baru di awal-awal udah expect gaji yang tinggi. Terima pekerjaan yang memang sesuai dengan kemampuan, dan kalau masalah gaji, gue sih lebih suka nanya penawaran dari client terlebih dulu, atau memberikan gambaran gaji yang sebelumnya pernah gue terima. Gue juga biasanya akan melihat scope pekerjaannya juga sih, kalau emang terlalu berat, gue kadang akan dengan berat hati memberikan kesempatan itu sama orang lain. Kenapa? Karena gue gak selalu liat gajinya, gue ngeliat proyeksi kepadatan perkuliahan gue juga, disesuaikan sama waktu kuliah, perkiraan tugas-tugas dan lain sebagainya. Karena bagi gue, tetap kuliah itu nomer satu. Gue harus lulus tepat waktu, 3.5 tahun, gak boleh lebih.
  5. Selalu tunjukan performa yang bagus, bersikap profesional dan usahakan berikan yang terbaik dari diri kamu. Menjaga performa kerja sebaik performa kuliah memang susah, tapi setidaknya bisa diusahakan. Semenyebalkan apapun client cobalah tunjukan yang terbaik. Ada salah-salah dikit, wajar namanya bekerja, tapi ya harus bisa belajar dari kesalahan. Jangan lupa 3 kata ajaib dalam setiap hubungan, termasuk hubungan kerja dengan orang, ‘tolong’, ‘maaf’ dan ‘terima kasih’. Kalau butuh pertolongan dengan rekan kerja, jangan ragu minta dan ucapkan tolong, kalau berbuat kesalahan ya ucapkan permohonan maaf, jika mendapat pertolongan atau mendapat apresiasi, jangan lupa juga bilang terima kasih. Ya namanya bekerja dengan orang lain, harus bisa dong menjaga hubungan kerja dengan orang lain.
  6. Reputasi kerja yang baik akan membuka jalan pada kesempatan-kesempatan kerja lainnya. Nah, kalau kita udah menunjukan performa terbaik kita. Teman atau kolega yang sempat bekerja bersama kita suatu saat pasti gak akan ragu merekomendasikan kita kepada temannya jika membutuhkan seorang freelancer. Ya karena dalam pekerjaan ini, gue sadar bahwa jaringan dan koneksi yang gue bangun berpengaruh besar dalam perjalanan karir gue selama ini sebagai seorang freelancer.
  7. Jangan males belajar hal-hal baru, jangan malu bertanya dan terus tingkatkan kualitas diri. Belajar apapun yang menunjang pekerjaan freelance yang sedang dijalankan atau gak juga gak apa-apa. Balajar apapun deh pokoknya, itu nilai tambah juga. Contoh, belajar desain grafis buat gue mungkin gak terlalu penting, tapi ketika gue paham sedikit dasar-dasarnya, itu jadi poin tambah gue juga loh.

Mungkin banyak yang bilang menjalani kuliah sambil bekerja freelance itu susah. Ya emang susah, tapi bisa dipelajari kok. Contohnya gue, gue bisa bekerja sambil kuliah, dan mampu mempertahankan IPK gue sampai sekarang di atas 3.5. Bahkan gue Insya Allah akan menyelesaikan studi gue dalam 3.5 tahun. Iya, semua gue lakuin sambil kerja kok, bahkan kadang megang beberapa pekerjaan atau project sekaligus, kaya sekarang nih. Sambil skripsi, sambil megang beberapa project. Kepala rasanya mau pecah, tapi gue yakin ini ada rasa manis di akhir nanti. Gue buktinya juga masih bisa bertahan sampai sekarang.

Ya, tapi itu semua kembali ke niatan dan keinginan masing-masing sih, bersediakah kamu berkorban untuk sesuatu yang lebih besar?

12 thoughts on “Jadi Freelancer Saat Kuliah, Kenapa Gak?

  1. Dulu pernah juga pas kuliah, jualan sama jadi tukang servisan komputer, lumayan lah buat nyambung hidup dari bulan ke bulan.
    Yang seru ya itu, selalu belajar dan pinter ngatur waktu, nemu relasi jadi hal menarik juga.

  2. Terimakasih mas sudah berbagi pengalamannya. Saya salut yang kuliah sambil freelance yang pasti pengalamannya sangat berguna kedepannya. Keep spirit.

    Salam.

  3. Baru baca ini dan salut banget sama Kak Ochoy. Pernah nyoba freelance, terus berhenti karena waktu itu tugas kuliah jadi keteteran. Sekarang pengin nyoba lagi tapi bingung mulai dari mana. lho, malah curhat :))

Leave a comment